|
Newsletter LEAD Cohort 9
JejakREDAKSI
PENGANTAR EDISI MEI 2001
Suatu hal yang melatari diterbitkannya Newsletter "Jejak" oleh LEAD Associate Cohort 9,
bahwa ternyata banyak hal yang menarik -- dan mungkin juga unik -- yang bergulir dalam perjumpaan kami, 15 orang dari
berbagai profesi, pengalaman dan latar belakang pendidikan Selengkapnya
|
|
JejakGUMAM
TAMAN DI HATI KITA
Nosi Lestariwati, The Club Store, Jakarta --
Setiap hari, dalam perjalanan menuju tempat kerja, saya melewati sebuah komplek perumahan lama. Di kompleks itu ada sebuah lapangan yang kurang terurus. Saya amati secara perlahan lapangan itu mulai berubah menjadi sebuah taman. Selengkapnya
JejakGUMAM
PAKISTAN IS ACHA!
Anjelita Malik, Departemen Kimpraswil, Jakarta --
Ada banyak sekali pertanyaan yang berputar di kepala sebelum pesawat mendarat di bandara Lahore International. Pengalaman seperti apa yang akan saya temui di sana? Selengkapnya
JejakUTAMA
WAJAH (BOPENG) KITAKAH?
Fetty Fajriati, RCTI, Jakarta --
Saat berkunjung ke Mesjid para kaum Shufi, di tengah-tengah penyelenggaraan Sesi Pelatihan Internasional LEAD untuk Cohort 9 di Pakistan, seorang peserta- atau dalam istilah LEAD disebeut associate- asal Russia bernama Larisa didatangi anak perempuan berusia delapan tahunan. Selengkapnya
JejakWAWASAN
LIFE CYCLE ASSESSMENT
N. Imamsjah Roesli, StMR, PT National Gobel, Jakarta --
KATA "Life Cycle Assessment" (LCA) sudah mulai dipakai di akhir tahun 60-an. Selengkapnya
JejakOPINI
PERUBAHAN, MASIH TANDA TANYA
Chandra Wirman, Konsultan di Jakarta --
Kebanyakan manusia memilih untuk tidak berubah, karena perubahan dalam kehidupan akan membawa ketidak nyamanan. Fakta bahwa satu-satunya hal yang samasekali tidak berubah adalah perubahan itu sendiri, menjadikan perubahan menjadi agenda penting dalam kehidupan umat manusia.
Selengkapnya
JejakCANDA
PESAN BERANTAI
Selengkapnya
JejakAKHIR
KUNCINYA, INISIATIF LOKAL
Budi Putra, Harian Mimbar Minang, Padang --
Menurut standar Bank Dunia, Pakistan adalah salah satu dari sekian banyak negara berkembang, seperti Indonesia. Tapi yang namanya standar "negara berkembang" tetap saja menurut perspektif ekonomi, tanpa apresiasi dan pendekatan budaya dan kearifan lokal.
Selengkapnya
|